Jumat, 17 Juni 2022

Aksi Nyata Modul 3.3 ( Pengelolaan Program yang berdampak pada murid)

Artikel berikut ini merupakan aksi nyata saya dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid saya mengambil program yang saya beri judul Peer Educator 12 dimana kegiatannya merupakan kegiatan kokurikuler  BK materi PKRS (Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja), 

Artikel selengkapnya bisa di klik pada link berikut PEER EDUCATOR 12

Kamis, 26 Mei 2022

Aksi Nyata Modul 3.1 dan Modul 3.2

 

Aksi Nyata:

Praktik menjadi pengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran



Seorang pemimpin pembelajaran saat akan mengambil keputusan perlu memperhatika 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , Aksi nyata saya di modul 3.1 dapat di simak dengan  klik Aksi Nyata Modul 3.1 




Aksi Nyata :

 Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya Sekolah



Artikel Aksi Nyata memaksimalkan sumber daya di SMP Negeri 12 Semarang bisa di simak melalui link berikut Aksi Nyata Modul 3.2

Minggu, 24 April 2022

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9
Ani Amimah
CGP Angkatan 4 Kota Semarang

 

A.    Antara Pratap Triloka Versus Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso dan Tut wuri handayani; Filosofi Pratap Triloka pandangan dari Ki Hajar Dewantara yang cukup familiar di kalangan dunia Pendidikan ini, menjadi pondasi dasar sebagai pembentukan profil pelajar Pancasila melalui pendekatan merdeka belajar, Filosofi Pratap Triloka ternyata sejalan dengan modul 3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, dimana sebagai seorang pemimpin (Ing ngarso sung tulodo), selain mampu memberikan teladan, seorang pemimpin yang mampu menggerakkan peserta didik untuk berkarya (Ing madya mangun karso), seorang pemimpin mampu memberikan motivasi, memacu semangat belajar peserta didik (Tutwuri handayani), ketiga filosofi tersebut menempatkan posisi kita sebagai guru agar mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat menentukan sebuah keputusan dengan tepat dan bijak


 B.     Pengaruh Nilai-nilai Kebajikan Terhadap Prinsip


Nilai-nilai (kebajikan) yang tertanam dalam diri kita sebagai guru tentunya sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil ketika kita di posisi dalam keadaan pengambilan suatu keputusan, seumpama gelas berisi air, jika gelasnya bersih, maka air jernih yang ada dalam gelas akan tetap jernih dan dapat dikonsumsi dengan baik, namun jika gelasnya kotor maka air yang jernih akan terbawa kotor dan akhirnya tak layak untuk diminum, Jika kita sebagai guru telah tertanam nilai-nilai kebajikan maka tentu dengan sangat apik kita akan mampu menentukan sebuah keputusan yang baik lagi tepat.


 

C.     Antara Coaching Versus Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Kegiatan terbimbing yang telah dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “Coaching”dalam perjalanan proses pembelajaran, terkait efektif atau tidaknya keputusan yang telah diambil. Antara keduanya memiliki persamaan puncak dalam prosesnya; dalam proses Coaching, Coachee dibantu oleh Coach menemukan potensi dari dalam dirinya dan pada akhirnya menemukan solusi atas permasalahan yang ditemukan dalam proses kegiatan belajar. Sedangkan dalam kegiatan terbimbing pada materi pengambilan keputusan, hasil akhirnya pun sama yakni menemukan solusi ketika menghadapi permasalahan yang ada, hanya saja kedua hal tersebut melalui proses yang berbeda, sebab dalam kegiatan terbimbing, prosesnya melalui pendekatan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan, sedangkan pada proses coaching, pendekatannya melalui metode TIRTA.


D.    Pengaruh Mengelola Sosial Emosional Dalam Pengambilan Keputusan Bagi Seorang Guru

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional tentunya sangat  memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan, berkaca pada diri saya sendiri sebagai seorang guru, di mana ketika saya mampu mengelola emosi dalam diri ketika menghadapi masalah dalam proses pembelajaran tentu hal ini menentukan skema di mana saya harus benar-benar mampu memposisikan diri sebagai seseorang yang mengutamakan kenyamanan peserta didik dalam menemukan potensi dalam dirinya, dan membantu peserta didik dalam menemukan solusi dari masalah yang tengah dihadapi dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.

 

E.     Proses dan Hasil Akhir Studi Kasus Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik, di mana di awal materi kita diperlihatkan berbagai studi kasus dalam ruang lingkup dunia Pendidikan. Seperti yang telah ditekankan di awal bahwa, dengan diri kita sebagai guru yang memiliki nilai-nilai kebajikan, maka ketika kita dituntut untuk menentukan sebuah keputusan, hasil akhirnya tentu sebuah keputusan yang sangat bijak. Akhir dari skema ini berujung pada bagaimana kita mengutamakan nilai kebajikan pembentuk moral atau etika yang baik bagi peserta didik.

Dampak dari semua itu pada akhirnya menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, positif kondusif serta terjaga keharmonisan antar warga sekolah.

 

F.      Refleksi Materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran di Lingkungan SMP Negeri 12 Semarang

Nilai-nilai kebajikan yang telah tertanam bagi warga sekolah di lingkungan SMP Negeri 12 Semarang, merupakan modal utama dalam membentuk suasana lingkungan belajar yang kondusif, hal ini tentu menjadi salah satu alasan peserta didik menemukan rasa nyaman ketika proses pembelajaran.

Dalam proses penerapan 4 Paradigma, 3 Prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan, menjadi salah satu cara yang efektif untuk melakukan pendekatan secara personal ketika menghadapi permasalahan di lingkungan sekolah, Kesulitan yang terjadi biasanya berkaitan dengan masalah proses, sebab seringkali ketika menemukan masalah lebih fokus untuk menginginkan cepat menemukan solusi tanpa menggali dulu potensi yang ada, meski pun memang memunculkan klasifikasi paradigma dalam menentukan keputusannya, Memang berhasil, hanya saja masih kurang maksimal secara prosesnya.

Hasil akhir yang pada akhirnya menciptakan rasa nyaman bagi murid dalam kegiatan belajar, tentu saja hal ini menjadi tercapainya sekolah dalam upaya memerdekakan murid-murid dalam kegiatan proses belajar di lingkungan sekolah.

Setelah terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, efektif dan nyaman dirasakan oleh semua warga sekolah terutama murid, hal ini tentu memberikan pengaruh pada masa depan murid, sebab alasan terkuat ketika murid mampu meraih apa yang mereka cita-citakan adalah salah satunya karena murid telah mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya, dan memanfaatkannya secara maksimal.

 

 G.    Kesimpulan Akhir

Berawal dari kita sebagai guru yang memiliki nilai-nilai kebajikan sebagai dasar karakter pribadi yang baik, mampu mengelola sosial emosional dalam menghadapi permasalahan murid  yang terjadi selama proses pembelajaran, dengan penerapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan, pada akhirnya murid dapat menemukan solusi ketika menghadapi permasalahan tersebut. Hal ini mampu menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, efektif dan kondusif, Hasil akhir dari skema yang beruntun ini adalah murid menjadi pribadi yang mampu memberikan kontribusi yang baik , terbentuk dari potensi individu dan dapat meraih apa yang dicita-citakan. 

Senin, 18 April 2022

Refleksi Terbimbing Modul 3.1.

 

 

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1

Ani Amimah

CGP Angkatan 4 Kota Semarang

 

 

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Dari delapan pertanyaan yang ada, pilihlah minimal empat pertanyaan sebagai bahan refleksi Anda.

1.     Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu 

·        Individulawan masyarakat (individu vs community)

·        Rasakeadilan lawan rasa kasihan (Justice vs mercy)

·        Kebenaranlawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·        Jangkapendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Terdapat tiga prinsip yang seringkalimembantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yangharus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsiptersebut adalah:

1.     BerpikirBerbasis Hasil Akhir (Ends-BasedThinking)

2.     BerpikirBerbasis Peraturan (Rule-BasedThinking)

3.    BerpikirBerbasis Rasa Peduli (Care-BasedThinking)

 

Dan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu 

·        Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

·        Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

·        Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

·        Pengujian benar atau salah

·        Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

·        Melakukan Prinsip Resolusi

·        Investigasi Opsi Trilema

·        Buat Keputusan

·        Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Hal yang di luar dugaan saya adalah bahwa dalam mengambil keputusan sebaiknya menggunakan langkah pengujian paradigma benar atau salah yaitu dengan menggunakan uji legal, uji regulasi uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan.

2.   Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses   Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.

Sewaktu kepala sekolah memberikan instruksi kepada seluruh guru untuk menaikkan nilai atau membuat nilai bagus bagi seluruh siswa, membuat diri saya terkejut dan merasa tidak nyaman, karena saya masih menggunakan emosi saya pribadi tanpa memperhitungkan efek jangka panjang siswa.Waktu itu saya memutuskan untuk tetap memberikan penilaian apa adanya (yaitu sesuai dengan hasil karya siswa). Hal ini merupakan dilema etika individu lawan masyarakat dan jangka pendek lawan jangka panjang. Kemudian saya merenungkan dan berpikir dengan berbasis rasa peduli dan hasil akhir, maka saya memberikan keputusan untuk menaikkan nilai siswa tersebut dengan cara memberikan remidi /perbaikan kepada siswa yang belum memenuhi. Beserta 9 langkah pengambilan keputusan, 

·        nilaiyang saling bertentangan adalah nilai kasih sayang, toleransi dan tanggung jawab,  

·        yangterlibat adalah siswa beserta guru, 

·        faktayang relevan adalah guru harus menaikkan nilai sesuai anjuran kepala sekolah sedangkan terdapat siswa yang belum mampu, 

·   Pengujian benar salah dengan uji intuisi yaitu hal ini merupakan tindakan yang berlawanan dengan nilai kebenaran yang saya yakini, jika tidak saya naikkan membuat siswa bisa tidak masuk ke sekolah yang siswa inginkan, dan jika saya naikkan saya melanggar rasa keadilan , meskipun yang saya lakukan itu benar. 

·   Pengujian paradigma benar lawan benar adalah individu lawan masyarakat, jangka pendek lawan jangka panjang 

·    Prinsip Resolusi yang muncul adalah berpikir berbasis hasil akhir dan berpikir berbasis rasa peduli

·        Investasi Opsi Trilema yaitu saya menaikkan nilai dengan menggunakan syarat yaitu bagi siswa yang belum tercukupi nilainya dengan memberikan remidi 

·        Buat Keputusan  yaitu menaikkan nilai

·        Lihat lagi keputusan dan refleksikan yaitu dengan menaikkan nilai semoga bisa membantu siswa tersebut lebih baik lagi. 

3.   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah saya lakukan, hanya waktu itu saya masih mengutamakan rasa ego emosional yang ada dalam diri saya, sehingga keputusan yang saya ambil merupakan keputusan yang mengedepankan emosi sesaat. 

Pada modul ini memberikan pelajaran bagi saya bahwa dalam mengambil keputusan sebaiknya memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan

4.   Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah saya mempelajari modul ini , wawasan saya menjadi terbuka sehingga dalam memutuskan sebuah kasus perlu memperhatikan paradigma, prinsip-prinsip serta memperhatikan langkahnya.

 

 

Selasa, 05 April 2022

Koneksi Antar Materi Modul 2.3.a.9 - Coaching

Peran seorang coach di sekolah dan kaitannya dengan materi sebelumnya di Modul 2 yakni Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial.

    Salah satu cara untuk meningkatkan potensi dan kemampuan murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. 

Proses coaching dapat berjalan dengan mengoptimalkan peranan sosial emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannya sendiri pada dasarnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing

Guru sebagai coach akan selalu berupaya untuk menggali kebutuhan belajar murid dengan mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid. Selain itu secara sosial emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal


Coaching yang dilakukan oleh coach kepada coachee membutuhkan 4 keterampilan yaitu

  1. Keterampilan membangun dasar proses kucing

  2. Keterampilan membangun hubungan baik

  3. Keterampilan berkomunikasi

  4. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dalam proses coaching juga ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach yaitu model TIRTA yang meliputi langkah-langkah 

  • tujuan utama pertemuan atau pembicaraan 

  • identifikasi masalah coachee 

  • rencana aksi coachee

  • tanggung jawab 

Dalam aksi aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain komunikasi asertif menjadi, pendengar yang aktif bertanya,  reflektif dan memberikan umpan balik positif


Refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul 2.3 bagaimana keterampilan coaching dapat membantu profesi Anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid


  • coaching adalah salah satu bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi murid untuk hidup sesuai kodrat yang dimilikinya

  • coaching menjadikan murid dapat hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri

  • Coaching dapat menuntun murid untuk berkesadaran penuh menjadi kemerdekaan belajar

Rabu, 02 Februari 2022

Laporan Aksi Nyata Budaya Positif Modul 1.4

 Laporan Aksi Nyata dalam bentuk Tertulis

Menumbuhkan budaya positif dengan keyakinan kelas dalam

proses pembelajaran dan program penguatan karakter sekolah

Oleh Ani Amimah

CGP Angkatan 4 Kota Semarang

Unit Kerja SMP Negeri 12 Semarang


Latar Belakang

Murid memiliki kepribadian, budaya, maupun karakter yang berbeda-beda, mereka memiliki kebiasaan yang dibawa dari keluarga mereka yang berbeda-beda pula. Misalkan terdapat seorang murid yang berasal dari keluarga yang ekonominya menengah ke atas dimana si murid tidak pernah melakukan aktivitas membersihkan rumahnya, karena pekerjaan rumah dikerjakan oleh asistennya, dan sebaliknya ada murid yang berasal dari keluarga menengah ke bawah di mana semua pekerjaan dikerjakan secara bersama (berbagi) dengan anggota keluarga yang lain, karena tidak adanya asisten di rumah. Hal inilah yang perlu kita sepakati bersama, bahwa semua murid di kelas memiliki kewajiban membersihkan kelas sesuai dengan jadwal yang sudah diyakini. Nah, untuk menumbuhkan budaya maupun karakter yang baik  tersebut diperlukan budaya yang positif , di mana  budaya positif tersebut terlahir dari keyakinan yang disepakati bersama. 

Dalam mengelola sekolah dibutuhkan sistem yang saling mendukung (kerjasama) sehingga budaya positif akan mudah terlaksana dan berjalan dengan lancar. Budaya positif akan mudah diserap dan terlaksana dengan lancar dan baik jika seluruh pihak sekolah (kepala sekolah, guru, murid, karyawan) ikut mempraktikkan nya , misal budaya 5S (senyum, salam, sapa , sopan dan santun) saat bertemu atau berpapasan dengan siapapun, akan menjadi budaya positif jika seluruh pihak sekolah menjalankannya.

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri) Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001.

Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; “…pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheid itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain adalah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

Budaya positif merupakan kebiasaan atau perilaku positif yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri anak. Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga yang punya kepentingan dalam pembentukan karakter anak, sehingga perlu membangun budaya positif tersebut. Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Dalam menerapkan Budaya positif di sekolah, hal-hal perlu dilakukan oleh guru adalah:

1. Memberikan teladan pada Murid agar bisa jadi contoh

2. Mengakomodir masukan murid terhadap kesepakatan kelas

3. Memasang kesepakatan kelas pada tempat yang mudah dilihat oleh murid di kelas

4.  Komitmen menjaga kedisiplinan murid pada kesepakatan kelas.

5. Kalaupun ada sanksi atas pelanggaran kesepakatan kelas, sedapat mungkin sangsi yang bersifat mendidik, tidak mengandung kekerasan, unsur SARA dan yang bertentangan dengan norma-norma kita.

    Dengan nilai dan peran guru penggerak yang memiliki visi pendidikan sesuai Filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pendidik sebagai penuntun menciptakan kondisi pembelajaran dan lingkungan sekolah yang positif dan berpihak pada murid sehingga budaya positif akan tercapai dan terwujud kebahagiaan dan keselamatan murid baik untuk dirinya maupun dimasyarakat


Tujuan

Budaya positif perlu dipraktikkan di kelas dan di sekolah guna : 

  1. Menanamkan budaya positif yang akan menjadi bekal hidup untuk murid di masyarakat agar mereka  selamat dan bahagia

  2. Menjadikan keyakinan kelas sebagai pembiasaan yang terpola secara otomatis dan membantu mewujudkan profil pelajar pancasila


Tolok Ukur

Untuk mengetahui tingkat keberhasilannya yaitu dengan : 

  1. murid mampu membuat keyakinan kelas melalui hasil kesepakatan bersama yang dipasang di dinding kelas

  2. murid menampilkan keceriaan, bahagia, nyaman hubungan harmonis dalam lingkungan rumah, kelas dan sekolah

  3. murid mampu mengaplikasikan nilai profil pelajar pancasila secara sadar dan konsisten


Linimasa Kegiatan

Pada awal kegiatan dalam perencanaan aksi nyata calon guru penggerak (CGP) melakukan komunikasi dan koordinasi dengan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan sekolah dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Maka dari itu,  setiap kegiatan positif dan bermanfaat bagi sekolah selalu disetujui dan diizinkan untuk dilaksanakan oleh Kepala SMP Negeri 12 Semarang Ibu Sumrih Rahayu,S.Pd,M.Pd.

Aksi nyata ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2022 di awal semester genap tahun pelajaran 2021/2022.  Kegiatan diskusi dalam menyusun keyakinan kelas antara guru dan murid dilakukan secara tatap muka di kelas. Hasil musyawarah mufakat warga kelas akan melahirkan butir keyakinan kelas yang akan dijalankan oleh guru dan murid. Pada kegiatan diskusi tersebut CGP membimbing dan memfasilitasi murid dalam penyusunan keyakinan kelas, menumbuhkan , menanamkan dan membiasakan nilai profil pelajar pancasila pada program penguatan karakter, mendokumentasikan, mengevaluasi dan merefleksi.

Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.

Aksi nyata yang dilaksanakan oleh CGP dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi kepada para guru dan wali kelas, pentingnya membuat kesepakatan dan keyakinan kelas serta cara membuat suatu kesepakatan kelas. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Laboratorium SMP Negeri 12 Semarang, pada Hari Jumat, 4 Februari 2022.

Penerapan budaya positif sekolah melalui kesepakatan kelas yang selanjutnya akan menjadi sebuah keyakinan kelas sebagai upaya mewujudkan kepedulian murid dan guru untuk menjaga kesehatan dan lingkungan, serta pembentukan karakter melalui kesepakatan kelas dan keyakinan kelas yang terbentuk


Hasil Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata 1.4 tentang menumbuhkan budaya positif dengan membangun keyakinan kelas antara lain:

  1. Terjalinya komunikasi positif antara guru dan murid dalam bermusyawarah membentuk keyakinan kelas, dalam mewujudkan kelas impian.

  2. Terbentuknya keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas yang dibuat bersama guru dan murid.

  3. Semakin tumbuh dan berkembangnya karakter baik pada murid yang menjadi budaya positif.


Refleksi Aksi Nyata

Sebagai Calon Guru Penggerak saya telah memberikan sosialisasi cara menyusun keyakinan kelas dan menginisiasi untuk membuat keyakinan kelas tersebut. Namun, dalam proses pelaksanaan penyusunan keyakinan kelas  sebagai bentuk budaya positif sekolah, tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan, hal dikarenakan masih ada kelas yang belum membuat keyakinan kelas, dikarenakan beberapa alasan antara lain kesibukan, keterbatasan waktu di masa pandemi dan sebagainya.

Dalam menyusun keyakinan kelas murid menunjukkan respon yang positif dan sikap antusias sehingga terjadi komunikasi dua arah, meskipun masih ada murid yang kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Keterampilan dan ide atau gagasan yang dikemukakan oleh  murid telah menunjukkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai profil Pelajar Pancasila. Semakin terbiasanya peserta didik berperilaku positif semakin kuat nilai budaya berkarakter melekat dalam diri mereka dan guru teruslah menuntun dan memberi teladan.


Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

Adapun rencana perbaikan di masa mendatang antara lain: komitmen saya selaku CGP untuk tetap berbagi informasi positif demi kemajuan pendidikan dan pembelajaran, mendorong murid untuk lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapat, meningkatkan interaksi antara guru dan murid di luar jam pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin dan berkala. 


Dokumentasi dan testimoni



Video  Sosialisasi Modul CGP









 



Aksi Nyata Modul 3.3 ( Pengelolaan Program yang berdampak pada murid)

Artikel berikut ini merupakan aksi nyata saya dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid saya mengambil program yang saya beri judu...