Rabu, 02 Februari 2022

Laporan Aksi Nyata Budaya Positif Modul 1.4

 Laporan Aksi Nyata dalam bentuk Tertulis

Menumbuhkan budaya positif dengan keyakinan kelas dalam

proses pembelajaran dan program penguatan karakter sekolah

Oleh Ani Amimah

CGP Angkatan 4 Kota Semarang

Unit Kerja SMP Negeri 12 Semarang


Latar Belakang

Murid memiliki kepribadian, budaya, maupun karakter yang berbeda-beda, mereka memiliki kebiasaan yang dibawa dari keluarga mereka yang berbeda-beda pula. Misalkan terdapat seorang murid yang berasal dari keluarga yang ekonominya menengah ke atas dimana si murid tidak pernah melakukan aktivitas membersihkan rumahnya, karena pekerjaan rumah dikerjakan oleh asistennya, dan sebaliknya ada murid yang berasal dari keluarga menengah ke bawah di mana semua pekerjaan dikerjakan secara bersama (berbagi) dengan anggota keluarga yang lain, karena tidak adanya asisten di rumah. Hal inilah yang perlu kita sepakati bersama, bahwa semua murid di kelas memiliki kewajiban membersihkan kelas sesuai dengan jadwal yang sudah diyakini. Nah, untuk menumbuhkan budaya maupun karakter yang baik  tersebut diperlukan budaya yang positif , di mana  budaya positif tersebut terlahir dari keyakinan yang disepakati bersama. 

Dalam mengelola sekolah dibutuhkan sistem yang saling mendukung (kerjasama) sehingga budaya positif akan mudah terlaksana dan berjalan dengan lancar. Budaya positif akan mudah diserap dan terlaksana dengan lancar dan baik jika seluruh pihak sekolah (kepala sekolah, guru, murid, karyawan) ikut mempraktikkan nya , misal budaya 5S (senyum, salam, sapa , sopan dan santun) saat bertemu atau berpapasan dengan siapapun, akan menjadi budaya positif jika seluruh pihak sekolah menjalankannya.

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri) Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001.

Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan; “…pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheid itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain adalah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

Budaya positif merupakan kebiasaan atau perilaku positif yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri anak. Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga yang punya kepentingan dalam pembentukan karakter anak, sehingga perlu membangun budaya positif tersebut. Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Dalam menerapkan Budaya positif di sekolah, hal-hal perlu dilakukan oleh guru adalah:

1. Memberikan teladan pada Murid agar bisa jadi contoh

2. Mengakomodir masukan murid terhadap kesepakatan kelas

3. Memasang kesepakatan kelas pada tempat yang mudah dilihat oleh murid di kelas

4.  Komitmen menjaga kedisiplinan murid pada kesepakatan kelas.

5. Kalaupun ada sanksi atas pelanggaran kesepakatan kelas, sedapat mungkin sangsi yang bersifat mendidik, tidak mengandung kekerasan, unsur SARA dan yang bertentangan dengan norma-norma kita.

    Dengan nilai dan peran guru penggerak yang memiliki visi pendidikan sesuai Filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu pendidik sebagai penuntun menciptakan kondisi pembelajaran dan lingkungan sekolah yang positif dan berpihak pada murid sehingga budaya positif akan tercapai dan terwujud kebahagiaan dan keselamatan murid baik untuk dirinya maupun dimasyarakat


Tujuan

Budaya positif perlu dipraktikkan di kelas dan di sekolah guna : 

  1. Menanamkan budaya positif yang akan menjadi bekal hidup untuk murid di masyarakat agar mereka  selamat dan bahagia

  2. Menjadikan keyakinan kelas sebagai pembiasaan yang terpola secara otomatis dan membantu mewujudkan profil pelajar pancasila


Tolok Ukur

Untuk mengetahui tingkat keberhasilannya yaitu dengan : 

  1. murid mampu membuat keyakinan kelas melalui hasil kesepakatan bersama yang dipasang di dinding kelas

  2. murid menampilkan keceriaan, bahagia, nyaman hubungan harmonis dalam lingkungan rumah, kelas dan sekolah

  3. murid mampu mengaplikasikan nilai profil pelajar pancasila secara sadar dan konsisten


Linimasa Kegiatan

Pada awal kegiatan dalam perencanaan aksi nyata calon guru penggerak (CGP) melakukan komunikasi dan koordinasi dengan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan sekolah dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Maka dari itu,  setiap kegiatan positif dan bermanfaat bagi sekolah selalu disetujui dan diizinkan untuk dilaksanakan oleh Kepala SMP Negeri 12 Semarang Ibu Sumrih Rahayu,S.Pd,M.Pd.

Aksi nyata ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2022 di awal semester genap tahun pelajaran 2021/2022.  Kegiatan diskusi dalam menyusun keyakinan kelas antara guru dan murid dilakukan secara tatap muka di kelas. Hasil musyawarah mufakat warga kelas akan melahirkan butir keyakinan kelas yang akan dijalankan oleh guru dan murid. Pada kegiatan diskusi tersebut CGP membimbing dan memfasilitasi murid dalam penyusunan keyakinan kelas, menumbuhkan , menanamkan dan membiasakan nilai profil pelajar pancasila pada program penguatan karakter, mendokumentasikan, mengevaluasi dan merefleksi.

Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.

Aksi nyata yang dilaksanakan oleh CGP dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi kepada para guru dan wali kelas, pentingnya membuat kesepakatan dan keyakinan kelas serta cara membuat suatu kesepakatan kelas. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Laboratorium SMP Negeri 12 Semarang, pada Hari Jumat, 4 Februari 2022.

Penerapan budaya positif sekolah melalui kesepakatan kelas yang selanjutnya akan menjadi sebuah keyakinan kelas sebagai upaya mewujudkan kepedulian murid dan guru untuk menjaga kesehatan dan lingkungan, serta pembentukan karakter melalui kesepakatan kelas dan keyakinan kelas yang terbentuk


Hasil Aksi Nyata

Hasil dari aksi nyata 1.4 tentang menumbuhkan budaya positif dengan membangun keyakinan kelas antara lain:

  1. Terjalinya komunikasi positif antara guru dan murid dalam bermusyawarah membentuk keyakinan kelas, dalam mewujudkan kelas impian.

  2. Terbentuknya keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas yang dibuat bersama guru dan murid.

  3. Semakin tumbuh dan berkembangnya karakter baik pada murid yang menjadi budaya positif.


Refleksi Aksi Nyata

Sebagai Calon Guru Penggerak saya telah memberikan sosialisasi cara menyusun keyakinan kelas dan menginisiasi untuk membuat keyakinan kelas tersebut. Namun, dalam proses pelaksanaan penyusunan keyakinan kelas  sebagai bentuk budaya positif sekolah, tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan, hal dikarenakan masih ada kelas yang belum membuat keyakinan kelas, dikarenakan beberapa alasan antara lain kesibukan, keterbatasan waktu di masa pandemi dan sebagainya.

Dalam menyusun keyakinan kelas murid menunjukkan respon yang positif dan sikap antusias sehingga terjadi komunikasi dua arah, meskipun masih ada murid yang kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Keterampilan dan ide atau gagasan yang dikemukakan oleh  murid telah menunjukkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai profil Pelajar Pancasila. Semakin terbiasanya peserta didik berperilaku positif semakin kuat nilai budaya berkarakter melekat dalam diri mereka dan guru teruslah menuntun dan memberi teladan.


Rencana Perbaikan Di Masa Mendatang

Adapun rencana perbaikan di masa mendatang antara lain: komitmen saya selaku CGP untuk tetap berbagi informasi positif demi kemajuan pendidikan dan pembelajaran, mendorong murid untuk lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapat, meningkatkan interaksi antara guru dan murid di luar jam pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin dan berkala. 


Dokumentasi dan testimoni



Video  Sosialisasi Modul CGP









 



5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sip, luar biasa Bu. Sangat menginspirasi, sungguh bermanfaat tulisannya.

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi,semoga bermanfaat. Ayooooo maju terus

    BalasHapus
  4. Baik bisa bermanfaat bagi kita

    BalasHapus

Aksi Nyata Modul 3.3 ( Pengelolaan Program yang berdampak pada murid)

Artikel berikut ini merupakan aksi nyata saya dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid saya mengambil program yang saya beri judu...